Teknologi AI

AI Mengancam Profesi Akuntan?

Ibarat dua sisi mata uang, disrupsi teknologi menjadi peluang sekaligus ancaman bagi profesi akuntan. Sebagian menyambut positif kehadiran teknologi masa depan ini, namun tak sedikit yang tetap mempertahankan cara-cara lama dalam mengelola laporan keuangan. Lalu, apakah profesi akuntan termasuk menjadi target sasaran karena revolusi kecerdasan buatan dan teknologi digital lain? 

Laporan World Economic Forum bertajuk Future of Jobs Survey 2023 menyebut, sekitar 83 juta pekerjaan akan hilang, di sisi lain ada 69 juta pekerjaan baru. Beberapa profesi berpotensi mengalami penurunan peran, bahkan bisa hilang sepenuhnya seperti petugas data entry, administrasi, teller bank, petugas payroll, dan akuntan. 

Disrupsi teknologi berpotensi besar menggantikan peran manusia, baik di kehidupan sehari-hari, maupun dalam urusan pekerjaan. Kondisi ini menciptakan kekhawatiran di sebagian orang. Riset yang dilakukan oleh Populix mengungkap, 72% responden merasa cemas dengan kehadiran teknologi yang serba cepat, dan murah bisa menggantikan pekerjaan manusia. 

62% juga mengaku cemas karena tidak mampu bekerja 24/7 tanpa henti layaknya teknologi robot. Mereka merasa bahwa teknologi yang semakin maju berpotensi menciptakan ancaman lebih besar pula, baik dari segi keamanan maupun stabilitas pekerjaan. Kecanggihan teknologi juga dikhawatirkan menciptakan ketimpangan ekonomi, dan ketidakstabilan sosial. 

Disrupsi Digital: Bertahan atau tersingkir?

Badai disrupsi teknologi sudah di depan maja. Oleh karena itu, mustahil bagi kita untuk berpaling. Dunia pekerjaan belakangan mengalami gelombang besar-besaran. Data Kementerian Ketenagakerjaan periode Januari-Desember 2024 menyebut, ada 80 ribu pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. 

Sebagian pekerjaan yang biasa kita lihat 10 tahun lalu perlahan kini mulai tenggelam. Para pengusaha berbondong-bondong melakukan efisiensi bisnis dengan mengadopsi teknologi baru yang lebih cepat, dan efisien. Menghadapi situasi seperti ini, bisakah kita tetap menjadi individu yang pasif, atau ikut bergerak menuju transformasi digital? 

Mengutip tulisan Rhenald Kasali pada halaman depan bukunya yang berjudul The Great Shifting, ketika platform berubah, kehidupan dan bisnis pun berpindah. Untuk itu, lebih baik seseorang pegang kendali daripada dikuasai. Ya, siap atau tidak siap, dan suka atau tidak suka, kita harus beradaptasi dengan pergeseran tren digital yang terjadi. 

Pada dasarnya, bisnis yang tidak cepat beradaptasi dengan perubahan zaman berisiko akan tertinggal. Sama halnya dengan profesi, penting bagi semua profesi seperti akuntan untuk tetap update dan upgrade di tengah bisnis yang semakin kompetitif.

Meskipun kehebatan artificial intelligence bisa mengotomatisasi berbagai tugas dengan cepat, efisien, dan tepat, hal ini tidak serta merta akan menggantikan peran seorang akuntan. AI tidak dibekali dengan kemampuan dalam pemahaman terhadap konteks, intuisi bisnis, dan kemampuan berpikir kritis dalam pengambilan keputusan keuangan yang kompleks. 

Baik AI dan akuntan, keduanya bisa berjalan beriringan. Akuntan memanfaatkan teknologi cerdas ini sebagai alat pendukung untuk mempercepat proses kerja, bukan untuk menggantikan peran mereka. Dengan kemampuan otomatisasinya, teknologi AI bisa mengerjakan tugas administratif harian seorang akuntan dengan cepat, tepat, dan efisien. 

AI dalam Akuntansi. Siapa yang sudah mengadopsinya?

AI, machine learning dan big data berperan penting untuk mengidentifikasi tren, anomali data, dan memberikan wawasan mendalam. Akibatnya, peran seorang akuntan di perusahaan mengalami pergeseran dari yang sebelumnya fokus pada pemroses data manual, kini lebih banyak terlibat dalam analisis strategis. Disrupsi ini sekaligus mendorong akuntan untuk mendalami skill baru yang bisa membantu dalam pengambilan keputusan.

Beberapa perusahaan sudah mengintegrasikan AI ke dalam sistem keuangan mereka. PwC misalnya, menggunakan AI untuk melakukan penilaian risiko dan audit keuangan. Sementara perusahaan EY mengadopsinya untuk persiapan pajak dan layanan konsultasi. Contoh lain, KPMG melakukan integrasi AI ke dalam manajemen klien dan pelaporan keuangan. 

Kesimpulannya, perubahan sudah terjadi dan masih akan berlanjut hingga ke tahun tahun berikutnya. Layaknya bisnis dan kehidupan manusia yang berubah, profesi akuntan pun juga akan mengalami pergeseran. Mengadopsi software akuntansi digital akan membantu bisnis Anda tetap menjadi pelaku dalam transformasi digital.  

Akuntansiku, menjadi salah satu software akuntansi yang bisa Anda manfaatkan gratis untuk mendigitalisasi proses akuntansi dan keuangan bisnis. Aplikasi yang banyak digunakan oleh UKM ini akan mempermudah pencatatan transaksi keuangan atau pembelian barang, secara efisien dan otomatis.

Download Aplikasi Akuntansiku pada Tombol dibawah ini

Bagikan Artikel ini
Show 1 Comment

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *