HPP, Rahasia UMKM Meraih profit Maksimal

HPP, Rahasia UMKM Meraih profit Maksimal

Menghitung Harga Pokok Penjualan tidak boleh sembarangan. Karena jika salah perhitungan harga jual produk, bisnis yang kita jalankan bepotensi rugi. Selain rugi, kita juga akan kesulitan dalam mengelola keuangan. Artikel ini akan menjabarkan mengenai hal apa saja yang perlu dimengerti dalam penentuan HPP, berikut cara perhitungannya.

Perhitungan HPP yang akurat menjadi krusial bagi pelaku bisnis, utamanya bagi mereka yang baru merintis atau skala kecil dan menengah (UMKM). Jika perhitungannya tidak benar, UMKM akan menghadapi beberapa risiko. Pertama, tentu bisnisnya tidak akan mendapatkan keuntungan. 

Jika harga produksi terlalu rendah, keuntungan yang didapat belum tentu bisa menutupi biaya operasional dan administrasi. Sebaliknya, jika HPP terlalu tinggi, keuntungan yang didapat menjadi tidak seimbang dengan harga pasar. Akibatnya, daya saing usaha menurun karena pelanggan beralih ke pesaing yang menawarkan harga lebih kompetitif. 

Ketidaktepatan dalam menghitung HPP menyebabkan UMKM sulit mengidentifikasi kebocoran biaya. Mereka akan sulit mengetahui adanya biaya tidak efisien dalam operasional bisnisnya.

Artikel terkait : Cash Flow dan Profit: Sering Dikira Sama, Padahal Berbeda

Mengapa UMKM sulit menentukan HPP

Sederhananya, harga jual suatu produk merupakan harga yang dibayar oleh konsumen karena sudah membeli produk atau layanan kita. Penentuan harga jual diambil dengan menjumlahkan biaya produksi, non produksi, dan keuntungan. 

Hingga saat ini, UMKM masih menjadi salah satu sektor unggulan sebagai penopang utama perekonomian Indonesia. Sayangnya, tak sedikit pelaku UMKM yang sulit menentukan nilai jual produk atau jasanya dikarenakan beberapa faktor. Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa penyebab kegagalan UMKM salah satunya karena kurangnya pemahaman soal Akuntansi, utamanya dalam hal penetapan strategi harga. 

Karena margin keuntungan yang diperoleh sangat tipis, akibatnya UMKM sulit menghitung nilai overhead. Persoalannya, UMKM seringkali tidak melakukan penghitungan secara proporsional terhadap biaya overhead seperti listrik, sewa tempat atau iklan digital, dan alat produksi. Padahal biaya tadi berpengaruh terhadap harga jual dan profitabilitas. Kondisi tadi akan berimbas pada persoalan perputaran arus kas atau cash flow perusahaan.

Faktor lain yang menyebabkan UMKM sulit merumuskan HPP karena metode pencatatan manual yang berpotensi salah datanya dan kurang efisien. Belum banyak pelaku UMKM yang melakukan pencatatan laporan keuangan dengan rapi dan terstruktur. Akibatnya, mereka kesulitan untuk melacak pemasukan dan pengeluaran secara akurat. 

Artikel lain : 10 Istilah Akuntansi yang Sering Muncul di Laporan Keuangan

Komponen utama perhitungan HPP

  1. Persediaan barang di awal atau stok awal. Hitungan awal biasanya dimulai dari awal bulan atau awal tahun. Saldo persediaan awal akan sama dengan saldo persediaan akhir periode sebelumnya. Hal ini karena persediaan awal biasanya berasal dari sisa stok barang dari periode sebelumnya.
  2. Pembelian bersih, yaitu total pembelian bahan baku atau barang dagangan setelah dikurangi retur barang, diskon, dan biaya pengiriman barang.
  3. Persediaan akhir, yaitu stok barang yang masih tersisa di akhir periode akuntansi

3 Poin penting perhitungan HPP bagi UMKM

Pertama, harga bahan baku. Yaitu, total biaya yang kita pakai untuk membeli bahan baku produksi, termasuk juga semua komponen yang digunakan untuk menyiapkan bahan baku tersebut. Harga atau biaya bahan baku mencakup harga bahan pokok, bahan penunjang, dan ongkos pengiriman barang.

Kedua, biaya atau upah tenaga kerja langsung. Yaitu, total biaya yang dikeluarkan UMKM untuk membayar tenaga kerja produksi. Terakhir, biaya overhead pabrik. Yaitu, semua biaya untuk memproduksi bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Misalnya, biaya perawatan peralatan produksi, biaya utilitas pabrik, biaya bahan penunjang, dan biaya tenaga kerja tidak langsung (manajer toko, staf kebersihan, atau petugas keamanan). 

Rumus dan cara menghitung HPP barang atau jasa

HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Barang Awal – Persediaan Barang Akhir

Metode perhitungan HPP suatu produk atau jasa mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Perhitungan HPP sendiri bisa dilakukan dengan beberapa rumus, merangkum dari laman D’ Consulting:

Rumus HPP sederhana :

Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja + Biaya overhead

Rumus per satuan produk :

(Total biaya produksi + Biaya overhead) / Jumlah satuan produk

Rumus HPP dengan metode full costing :

(Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja + Biaya overhead) / Jumlah produk yang dihasilkan.

    Full costing adalah metode perhitungan yang memperhitungkan seluruh biaya produksi, termasuk biaya overhead. Metode ini dianggap lebih akurat.

    Rumus HPP dengan metode direct costing :

    (Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung) / Jumlah produk yang dihasilkan.

      Metode direct costing hanya memperhitungkan biaya langsung dalam produksi, yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 

      Perhitungan HPP harus disesuaikan dengan karakteristik bisnis, dan memperhitungkan semua biaya produksi dengan akurat. Dengan metode perhitungan yang tepat, pelaku UMKM bukan hanya bisa mengoptimalkan pengelolaan biaya, tapi juga mampu mempertahankan posisinya di pasar yang semakin kompetitif. 

      Biaya produktif dalam HPP akan mengindikasikan seberapa efisien proses produksi bisnis UMKM. Ini berarti, semakin tinggi biaya dalam perhitungan HPP, proses produksi kemungkinan belum berjalan efisien. Sehingga, UMKM bisa melakukan perbaikan pada proses produksi berikutnya. 

      Download Aplikasi Akuntansiku pada Tombol dibawah ini

      Bagikan Artikel ini
      Leave a Comment

      Comments

      No comments yet. Why don’t you start the discussion?

      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *