5 indikator keuangan penentu sehat tidaknya bisnis Anda

5 Indikator Keuangan Penentu Sehat Tidaknya Bisnis Anda

Keuangan yang sehat termasuk pilar utama bagi keberlangsungan bisnis. Bila keuangan baik, maka operasional akan berjalan lancar, dan segala tantangan bisa diantisipasi. Keuangan yang sehat juga menjadikan bisnis lebih percaya diri menghadapi peluang pasar dan bisa mengambil langkah strategis untuk pertumbuhan bisnis jangka panjang. Lalu, indikator keuangan yang sehat itu seperti apa?  

Keuangan yang sehat seringkali tak kasat mata. Misalnya, perusahaan yang bisa menggaji puluhan karyawan setiap bulannya belum tentu kondisi finansialnya baik-baik saja. Mungkin saja, perusahaan tersebut memiliki tagihan utang yang jumlahnya terus membengkak. 

Begitu halnya bisnis yang punya banyak aset atau tabungan banyak di rekening juga tidak selalu menjamin keuangan sudah sehat. Untuk melihat kondisi keuangan, perusahan perlu melakukan pemeriksaan kesehatan keuangan (financial check up)

Merangkum dari beberapa portal keuangan di internet, perusahaan sehat adalah mereka yang:

  1. Bisa bertahan dalam kondisi sulit
  2. Mampu memenuhi semua kewajiban terkait urusan keuangan
  3. Operasionalnya berjalan stabil
  4. Mampu menjaga keberlangsungan pertumbuhan bisnis dari waktu ke waktu 

Tanpa data yang jelas, kesehatan keuangan bisnis hanya menjadi asumsi belaka. Lalu, apa saja indikator-indikator penting yang perlu diperhatikan ketika melakukan finansial check up? Baca terus artikelnya untuk mengenal beberapa indikator keuangan yang jadi penentu sehat tidaknya kondisi finansial bisnis Anda.

Baca juga : Anggaran Bisnis: Definisi, Jenis, dan Waktu Penyusunannya

5 Indikator keuangan bisnis yang sehat? 

Tidak ada standar baku yang berlaku di semua perusahaan untuk menilai kesehatan keuangan. Meski begitu, ada beberapa rasio yang umumnya dipakai untuk menilai indikator keuangan bisnis. Berikut lima rasio indikator keuangan yang umum digunakan untuk menilai kesehatan finansial bisnis:

  1. Rasio tabungan

Untuk tahu nilai tabungan sudah cukup atau tidak, kita bisa menghitung rasio tabungan. Caranya, jumlahkan seluruh nilai tabungan dengan nilai pendapatan bruto. Rasio tabungan dipakai untuk menilai persentase pendapatan yang disisihkan untuk kebutuhan di masa depan dalam bentuk simpanan atau tabungan. Angka idealnya minimal sebesar 10%. Jika di bawah itu, berarti Anda masih perlu menyisihkan lebih banyak pendapatan untuk tabungan masa depan. 

  1. Rasio profitabilitas

Mengukur kemampuan bisnis dalam menghasilkan keuntungan dari penjualan, aset yang dimiliki, dan ekuitas. Beberapa metrik yang termasuk dalam rasio profitabilitas adalah gross profit margin, net profit margin, return on equity (ROE), dan return on assets (ROA). Jika rasio profitabilitas tinggi, maka perusahaan dikatakan efisien dalam mengelola biaya dan menghasilkan laba yang sehat.

  1. Rasio utang

Cicilan utang juga termasuk indikator keuangan yang buruk. Bisnis yang terlalu banyak hutang berisiko menjadikan keuangan dalam kondisi defisit. Beban utang yang berlebih juga menyulitkan pengusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, asuransi, dan investasi.

Angka ideal untuk rasio utang adalah di bawah 30%. Jika persentasenya di atas 30%, itu berarti kondisi keuangan tidak sehat karena terlalu banyak menanggung beban hutang lebih dari 30% pendapatan rutin. 

Baca juga : Piutang Tak Tertagih: Bagaimana Mengatasinya dan Dampaknya pada Keuangan Bisnis

  1. Rasio likuiditas

Rasio ini melihat ketersediaan aset likuid yang bisa dipakai oleh pengusaha dengan cepat saat membutuhkan dana tunai. Karenanya, rasio ini juga disebut sebagai rasio dana darurat.

Angka ideal rasio likuiditas minimal 6 bulan. Contoh, total nilai aset likuid Kamu saat ini sebesar Rp 100 juta. Sementara pengeluaran per bulan mencapai Rp 10 Juta. Maka, rasio likuiditas adalah Rp 100 juta/Rp 10 juta = 10 bulan. Jika nilainya di bawah 6 bulan, berarti kondisi keuangan masih belum sehat, sehingga nilai likuidnya perlu ditingkatkan. 

  1. Rasio solvabilitas

Rasio yang memperlihatkan persentase tingkat kemungkinan kebangkrutan bisnis seseorang. Seorang pengusaha dikatakan bangkrut saat nilai utangnya melebihi total aset. Dengan kata lain, nilai bersih kekayaannya negatif.

Contoh, saat ini total kekayaan bersih Kamu mencapai Rp800 juta, dan total asetnya sebesar Rp2 miliar. Jadi, rasio solvabilitasnya adalah Rp800 juta / Rp2 miliar = 40%.

Berdasarkan nilai tadi, bisnismu masih bisa bertahan meski terjadi penurunan nilai aset hingga 40%. Jika nilainya diatas angka tersebut, kondisi keuangan bisa dikatakan tidak sehat dan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan. 

Itulah 5 rasio indikator keuangan yang umumnya dijadikan penentu apakah kondisi keuangan bisnis sudah cukup sehat atau masih perlu perbaikan. Dengan pemahaman yang cukup, Kamu bisa mengambil langkah tepat untuk memastikan bisnis tetap tumbuh secara berkelanjutan.

Pantau keuangan bisnis lebih efisien dengan Akuntansiku

Akuntansiku, software akuntansi berbasis cloud yang membantumu memantau cash flow, profit, utang-piutang, hingga rasio keuangan penting hanya dalam beberapa klik. Dengan data real-time dan laporan keuangan yang rapi, kamu bisa lakukan financial check-up bisnis lebih praktis, kapan saja dan dari mana saja.

Atur semua keuangan bisnis dalam satu aplikasi — download Akuntansiku sekarang!

Bagikan Artikel ini
Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *