Risiko Bisnis UMKM

Kenali Jenis Risiko Bisnis UMKM dan Cara Mengatasinya

Risiko bisnis adalah tantangan yang tak terhindarkan dalam menjalankan usaha, termasuk bagi pelaku UMKM. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mendominasi struktur ekonomi Indonesia dan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Bisnis UMKM menyumbang 61,07% terhadap PDB Indonesia atau senilai Rp8.573,89 triliun.  

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di Indonesia pada akhir 2024 mencapai 64,2 juta unit usaha. Pertumbuhan UMKM diprediksi akan terus meningkat dan cenderung masif. 

Meski diprediksi akan terus bertumbuh, mengelola keuangan UMKM tidaklah mudah. Hasil studi Forbes mengatakan, 8 dari 10 pelaku UMKM mengalami kegagalan di tahun kedua. 

Seperti bisnis pada umumnya, UMKM juga memiliki beberapa potensi risiko yang harus dihadapi. Jika tidak dikelola dengan baik, risiko ini bisa menyebabkan UMKM gulung tikar. Beberapa risiko yang perlu diantisipasi oleh pelaku UMKM akan dideskripsikan pada paragraf berikutnya. Jadi, teruskan membaca artikelnya sampai akhir ya.

Baca juga : HPP, Rahasia UMKM Meraih profit Maksimal

Risiko bisnis yang umumnya dihadapi oleh UMKM

Risiko keuangan 

Risiko yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan. Contoh, risiko gagal bayar, perubahan suku bunga, dan risiko inflasi. 

Permasalahan besar yang sering dihadapi oleh UMKM adalah keuangan. Karena kekurangan modal, UMKM kesulitan mengembangkan usaha. Akibatnya, tak sedikit UMKM yang nekad mengambil strategi bisnis dengan mengambil pinjaman terlalu besar tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan. 

Cash flow menjadi aspek utama yang harus diperhatikan sejak awal. Pengusaha harus memperhitungkan sumber pemasukan untuk mempertahankan operasional, membayar gaji karyawan, dan berinvestasi dalam penetrasi pertumbuhan pasar. 

Risiko hukum

Peraturan atau kebijakan pemerintah juga berlaku bagi bisnis UMKM. Risiko hukum bagi UMKM biasanya terkait peraturan perpajakan, dan operasional bisnis. Peraturan tadi bisa dijadikan dasar hukum oleh pelanggan bilamana merasa dirugikan dengan produk/jasa terkait.  

Contohnya penggunaan label halal pada produk makanan. Pengusaha UMKM tidak bisa menempelkan logo halal pada produk sebelum mendapat sertifikasi resmi dari Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga berwenang.

Risiko keamanan siber

Seiring penetrasi teknologi digital yang semakin masif, ancaman keamanan siber tidak bisa dianggap remeh. Individu dan pengusaha perlu serius melindungi data dan sistem dari serangan siber yang semakin canggih. Pencurian data, peretasan sistem, dan penyebaran malware, mengganggu operasional yang menyebabkan kerugian finansial, dan merusak reputasi bisnis. 

Adanya risiko keamanan, maka UMKM perlu melakukan manajemen mitigasi sedari awal. Manajemen resiko akan membantu UMKM mengurangi dampak buruk dari risiko keamanan yang terjadi.

Risiko operasional

Risiko yang berkaitan dengan proses internal UMKM. Beberapa diantaranya seperti kerusakan alat produksi, human error, ketersediaan bahan baku, dan kegagalan sistem. Jika tidak diantisipasi dengan baik, risiko operasiona bisa menghambat kelancaran bisnis yang menyebabkan kerugian finansial.

Risiko pemasaran

Pengusaha UMKM yang baru menjalankan bisnis perlu menyiapkan beberapa langkah strategis yang bisa jadi cukup susah di awal. Mereka harus membuat struktur ideal, target pasar, strategi pemasaran, dan penjualan produk.

Risiko yang berkaitan dengan aktivitas pemasaran diantaranya seperti risiko perubahan selera konsumen, persaingan pasar, dan risiko pelangaran hak cipta. Kompetitor bisa saja muncul dengan menawarkan produk/layanan serupa yang jauh lebih murah. Pun halnya dengan teknologi yang menyebabkan perilaku konsumen berubah.

Baca juga : Markup dan Margin: Mana Lebih Tepat untuk UMKM?

Manajemen risiko bisnis, apa saja langkahnya?

Setelah mengenal beberapa jenis risiko bisnis, langkah berikutnya yang perlu dilakukan oleh pengusaha UMKM adalah melakukan identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko bisa dilakukan dari pengalaman, riset, dan hasil analisis. 

Setelah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menentukan skala prioritas. Tentukan tingkat keparahan dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Pengukuran risiko bisa menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. 

Selanjutnya, tetapkan strategi untuk meminimalisir atau menghilangkan risiko. Strategi mitigasi risiko berupa strategi preventif, protektif, dan strategi korektif. Langkah terakhir adalah mengimplementasikan strategi mitigasi risiko yang sudah dibuat tadi secara efektif dan efisien.

Sebagai tips, Anda tidak perlu melakukan manajemen risiko secara kompleks. Mulailah dengan hal sederhana. Jika mengalami kesulitan, tidak ada salahnya konsultasi dengan ahli atau orang yang berpengalaman. Perlu diingat, risiko bisnis saat ini bisa jadi berbeda dengan 5 hingga 10 tahun ke depan. Untuk itu, penting bagi pengusaha UMKM untuk terus belajar, beradaptasi dengan perubahan tren, dan melakukan inovasi yang lebih baik.

Software akuntansi untuk minimalisir risiko bisnis

Tak sedikit UMKM bermasalah dalam perencanaan keuangan. Mereka nekat mengambil pinjaman dalam jumlah besar tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial. Padahal, mengelola cash flow menjadi kebutuhan yang dibutuhkan sedari awal agar operasional tetap berjalan lancar, dan bisnis terus bertumbuh.

Akuntansiku, solusi praktis yang bisa membantumu memantau pemasukan, pengeluaran, dan proyeksi keuangan bisnis secara otomatis. Jadi, Kamu bisa fokus mengembangkan usaha tanpa khawatir urusan finansial.

Yuk, kelola keuangan bisnis lebih cerdas dengan Akuntansiku! Download Akuntansiku pada Tombol dibawah ini.

Bagikan Artikel ini
Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *