Sejarah akuntansi Indonesia memiliki perjalanan panjang dan berliku. Perjalanannya melintasi tiga abad, dari sekadar tata buku sederhana di era kolonial hingga jadi sistem pelaporan keuangan yang terkonvergensi dengan standar internasional. Memahami sejarah akuntansi penting untuk melihat prosesnya kini yang ketat dan terstruktur.
Perkembangan awal sejarah akuntansi
Akar sejarah akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri sejak abad ke-17, ketika Belanda mulai memperluas kekuasaan dagangnya di Nusantara. Pada masa itu, sistem pencatatan masih sederhana dan digunakan terutama untuk mencatat hasil perdagangan rempah-rempah yang dikelola oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
VOC awalnya menggunakan sistem pembukuan tunggal (single-entry bookkeeping) untuk mencatat transaksi masuk dan keluar secara umum. Namun seiring meningkatnya kompleksitas perdagangan, sistem ini dianggap tidak lagi memadai. Perubahan besar terjadi pada masa pemerintahan kolonial Belanda antara tahun 1800 hingga 1942.
Pada saat itu, sistem pencatatan mulai beralih ke double-entry bookkeeping yang mencatat transaksi dalam dua sisi: debit dan kredit. Metode ini membawa efisiensi dan keakuratan yang lebih tinggi dalam pelaporan keuangan. Bahkan, disebutkan bahwa Gubernur Jenderal Pieter sempat mendirikan kantor akuntan di Banten sebagai bentuk awal profesionalisasi praktik pencatatan keuangan di Hindia Belanda.
Sistem yang digunakan saat itu disebut Tata Buku Kontinental. Dia berakar dari Eropa. Ciri khasnya adalah fokus pada kepatuhan dan dokumentasi, bukan pada analisis manajerial. Pengaruh sistem kontinental ini bertahan lama, bahkan hingga beberapa dekade setelah Indonesia merdeka.
Baca juga : Cara Menambah Karyawan di Aplikasi Akuntansiku: via Mobile dan Website
Sejarah akuntansi pasca kemerdekaan
Pasca kemerdekaan, kebutuhan akan sistem akuntansi nasional semakin mendesak. Pemerintah dan pelaku ekonomi sadar bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa berjalan tanpa sistem pelaporan yang transparan dan dapat dipercaya. Titik balik penting terjadi pada tahun 1957 ketika pendirian resmi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). IAI berperan penting dalam membentuk arah dan etika profesi akuntansi di Indonesia, sekaligus menjadi lembaga yang menyusun dan mengembangkan standar akuntansi nasional.
Pada awalnya, sistem kontinental peninggalan Belanda masih digunakan secara luas. Namun, masuknya modal asing dan perusahaan-perusahaan Amerika membawa pengaruh sistem Anglo Saxon, yang lebih menekankan pada kebutuhan investor dan transparansi laporan. Terjadi masa transisi yang cukup panjang hingga akhirnya Indonesia mulai berpindah secara resmi ke sistem Anglo Saxon pada dekade 1970-an.
Seiring dengan itu, pada tahun 1973 IAI menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Yaitu, panduan resmi pertama yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan di tanah air. Langkah ini menjadi pondasi penting bagi perkembangan akuntansi nasional. Dua dekade kemudian, pada tahun 1994, PAI disempurnakan menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang mulai mengacu pada International Financial Reporting Standards (IFRS). Langkah ini membuka babak baru bagi sejarah akuntansi di negeri ini. Indonesia mulai menyesuaikan diri dengan praktik global agar laporan keuangannya bisa dibandingkan dengan perusahaan di negara lain.
Proses konvergensi penuh terhadap IFRS akhirnya tercapai pada tahun 2012. Menurut laman IAI, penerapan IFRS membawa dampak besar—laporan keuangan perusahaan Indonesia menjadi lebih transparan, bisa dibandingkan secara internasional, dan diakui oleh investor global. Perkembangan sejarah akuntansi ini tidak hanya meningkatkan kredibilitas pasar modal, tetapi juga menurunkan risiko ketertinggalan informasi bagi para pemangku kepentingan.
Baca juga : 5 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

Seiring perkembangan ekonomi, sejarah akuntansi tidak lagi terbatas pada perusahaan besar atau publik. IAI kemudian memperluas cakupan standar agar sesuai dengan kebutuhan berbagai entitas. Misalnya, diterbitkannya SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada tahun 2009 yang dirancang khusus untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM). Tujuannya agar UMKM tetap dapat menyusun laporan keuangan dengan rapi tanpa dibebani kompleksitas PSAK yang berlaku bagi perusahaan besar.
Sementara itu, entitas privat yang lebih besar tetapi statusnya belum go public kini dapat menggunakan SAK Entitas Privat (SAK EP) per tahun 2025. Kehadiran standar tersebut menunjukkan fleksibilitas dan kepekaan IAI terhadap kebutuhan dunia usaha yang beragam. Di sisi lain, perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam perkembangan sejarah akuntansi.
Penggunaan perangkat lunak berbasis cloud computing, otomatisasi pencatatan, dan sistem pelaporan digital membuat proses akuntansi jauh lebih efisien. Prinsip nilai wajar (fair value) juga mulai diterapkan secara luas, memberikan gambaran yang lebih realistis tentang kondisi keuangan perusahaan.
Namun, perubahan yang terjadi dengan begitu cepat juga membawa tantangan tersendiri. Persoalan seperti kesenjangan digital, rendahnya literasi keuangan di sektor mikro, hingga kebutuhan akan integrasi sustainability accounting masih menjadi perhatian besar. Meski begitu, setiap perubahan selalu membuka peluang baru. Tren seperti akuntansi syariah dan akuntansi forensik kini semakin banyak diminati karena menjawab kebutuhan transparansi dan etika yang dibutuhkan dunia keuangan modern.
Selain itu, tren yang tidak kalah menarik adalah akuntansi digital. Saat ini, teknologi mulai mengambil peran besar dalam dunia akuntansi. Banyak perusahaan beralih dari sistem manual ke sistem berbasis digital yang lebih cepat dan efisien. Teknologi seperti cloud accounting, kecerdasan buatan (AI), dan big data membantu akuntan mencatat dan menganalisis data keuangan secara otomatis dan real-time. Proses yang dulunya membutuhkan waktu lama, kini bisa selesai dalam hitungan menit dengan hasil yang lebih akurat.
Perkembangan ini membuat peran akuntan juga ikut berubah. Mereka tidak hanya berfokus pada pencatatan angka, tetapi juga mampu membaca dan memanfaatkan data untuk membantu perusahaan mengambil keputusan penting. Akuntansi digital membuka jalan bagi sistem keuangan yang lebih modern, transparan, dan adaptif terhadap perubahan zaman. sebuah bukti bahwa teknologi bukan menggantikan manusia, melainkan membantu mereka bekerja lebih cerdas.
Baca juga : 4 Fitur Andalan Akuntansiku yang Bantu UMKM Bertumbuh
Kesimpulan
Sejarah akuntansi di Indonesia menunjukkan perjalanan panjang menuju profesionalisme dan transparansi. Dari catatan sederhana di masa VOC hingga laporan keuangan digital yang mengikuti standar internasional, akuntansi telah menjadi dasar penting bagi pertumbuhan dan kestabilan ekonomi Indonesia.
Kini, profesi akuntan bukan hanya tentang mencatat angka, tetapi tentang menjaga integritas, dan memastikan setiap keputusan ekonomi berdiri di atas informasi yang jujur dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan standar yang terus disempurnakan dan adaptasi terhadap era digital, dunia akuntansi Indonesia semakin siap bersaing secara global tanpa kehilangan akar sejarahnya yang kuat.
